Sabtu, 25 November 2017

FlowChart Bekerja

Begini proses kerja kami untuk menjamin kualitas pekerjaan yang Anda percayakan kepada Kami,


Kamis, 25 Mei 2017

Jenis Atap Menurut Bahan Dasarnya

Sangatlah penting untuk memilih jenis atap yang akan digunakan pada bangunan kita, hal tersebut tentunya didasarkan pertimbangan Harga, Kekuatan serta rendah perawatan.

Ada banyak jenis atap menurut bahan dasarnya, umumnya yang dipakai masyarakat Indonesia adalah
1. Genteng Tanah
2. Genteng Keramik
3. Genteng Beton
4. Atap Metal (Seng, Genteng Metal, Galvalum Spandek)
5. Atap Gelombang Asbes

Pada masing-masing jenis atap tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, kembali lagi pada pengguna yang menyesuaikan dengan anggaran.

1. Genteng Tanah
    Namanya genteng tanah, tentunya berasal dari tanah, Tanah yang digunakan adalah tanah liat yang dibentuk, lalu di tekan kemudian dibakar. Karena masih dibuat secara manual dan tradisional, maka jangan heran menemukan bentuk dan ukuran yang tidak sama satu dengan yang lainnya.


Rata-rata menghabiskan 25 keping setiap satu meter perseginya, beratnya variasi dari 1.5 - 2.25 kg/keping, jarak reng antara 22 - 26 cm, sudut atap minimal yang dianjurkan untuk jenis genteng ini adalah minimum 25 derajat agar terhindar dari kebocoran dan genteng melorot.

2. Genteng Keramik
    Tidak banyak produsen genteng keramik, umumnya dipasaran ada 3 merek yaitu Kanmuri, M Class dan KIA. Genteng jenis ini terbuat dari tanah liat juga namun pada prosesnya dikontrol lebih teliti dan dibakar pada suhu tinggi sehingga bentuk dan ukurannya memiliki toleransi yang kecil. pada permukaan Genteng diberi lapisan keramik sehingga memiliki tampilan yang istimewa dan juga tahan terhadap jamur dan lumut sehingga tampak mengkilat terus.

Genteng keramik berisi 13.6 - 14.5 keping setiap meter perseginya, tergantung dari bentuk dan produsennya, beratnya bervariasi 2.85 -3.15 kg/keping, jarak reng antara26 - 27 cm, sudut minimal yang dianjurkan adalah 25 derajat. Jarak reng untuk genteng ini harus lebih diperhatikan mengacu pada spesifikasi yang diberikan oleh produsen jikan berbeda 5mm saja, maka resikonya genteng tidak dapat dipasang.

3. Genteng Beton
    Genteng beton sudah mulai diproduksi di daerah-daerah, tidak lagi terpusat di Jawa seperti halnya genteng keramik. Genteng beton terbuat dari campuran PC dan pasir yang di press menggunakan mesin kemudian dijemur hingga kering tanpa melalui proses pembakaran. Untuk menambah keindahan, permukaan genteng dapat di cat menggunkan cat minyak maupun can air atau bisa juga di glazur.

Genteng beton menghabiskan 9.7 - 10 keping untuk setiap meter perseginya, memiliki berat 4.2 -5.2 kg/ kepingnya, jarak reng antara 25 - 35 cm, karena genteng ini ada yang berukuran lebar 40 cm dan tinggi 30 cm (horizontal) dan ada yang berukuran lebar 30 cm dan tinggi 40 cm (vertikal). Jarak reng memiliki toleransi yang lebih lebar., sudut atap yang dianjurkan untuk jenis genteng ini adalah 25 derajat untuk menghindari kebocoran akibat rembesan dari samping genteng dan teknik pemasangannya dianjurkan zigzag seperti pasangan bata.

4. Atap Metal (seng, genteng metal, spandek)
    Jenis atap metal yang umum dipakai sejak jaman dahulu adalah seng gelombang, seiring dengan perkembangan jaman, akhir-akhir ini muncul atap metal berbentuk genteng yang sudah diberi anti karat dalam bentuk cat, lalu muncul pula jenis spandek/trimdek. Dari tahun ke tahun, seiring dengan permintaan pasar yang menginginkan harga yang murah, kualitas seng jauh berkurang dari produksi di tahun 80-an, mulai dari ketebalan dan lapisan anti karatnya, jadi jangan heran kalau seng yang dibeli sekarang tipis dan mudah berkarat. Spandek kemudian muncul sebagai alternatif dari seng, sedikit lebih mahal, namun lebih elok dipandang namun, sama juga dengan nasib seng, sekarang sudah muncul spandek dengan ketebalan minim serta anti karat yang tidak sesuai untuk penggunaan eksterior.

Seng

Atap seng sangat ringan, beratnya tidak sampai 1 kg permeternya, Jarak reng/gordeng yang dianjurkan 60 - 85 cm sehingga pada saat melangkah di atas atap tidak terlalu jauh. Sudut minimum atap yang dianjurkan adalah 10 derajat untuk menghindari kebocoran akibat air yang balik.


Trimdek / spandek

Atap Trimdek/Spandek atap yang sedang digemari oleh masyarakat sekarang, bentuknya yang lebih cantik dari seng serta lebih tahan terhadap karat, jarak reng/gordeng yang dianjurkan sama dengan seng 60 - 85 cm, Sudut  minimum atap untuk trimdek/spandek lebih kecil yaitu 5 derajat, karena gelombang atap ini lebih lebar sehingga daya tampung airnya lebih banyak


Genteng metal

Atap metal yang satu ini terbuat dari bahan metal dicetak menyerupai bentuk genteng, pemasangannya cepat rapi dan memiliki tampilan yang menarik. Jarak reng 38.5 - 40 cm, sudut minimum 25 derajat untuk mencegah kebocoran. Terdapat pula genteng metal yang dilapisi pasir.






Sabtu, 20 Mei 2017

Bentuk Atap Bangunan

Atap rumah laksana mahkota yang menghiasi bangunan tempat tinggal, sehingga tidak heran jika atap rumah menjadi perhatian khusus. Karena tempatnya di paling atas bangunan, maka perlu lebih cermat memilih atap agar perawatan minimal, terutama dalam hal atap pecah, melorot, jamur/lumut dan lain sebagainya. Sehingga perlu pertimbangan kembali untuk menggunakan bahan yang murah karena sangat beresiko untuk keluarga tercinta.

Secara umum, atap rumah berbentuk 2 model yaitu model Limas dan model Pelana. Pada kedua model atap ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun model tersebut juga menyesuaikan dari bentuk bangunan yang direncanakan.

Model atap Limas dari ezygriya.co.id


Model atap Pelana dari saibot-blog.blogspot.co.id

Minggu, 30 April 2017

Metode Desain AISC

Apa itu AISC? apa kaitannya dengan Rangka Atap Baja Ringan?
AISC adalah singkatan dari American Institute of Steel Construction, sebuah lembaga institut teknik non profit untuk penggunaan struktur baja di industri konstruksi di Amerika.
Perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung di Indonesia saat ini mengacu pada peraturan yang paling baru yaitu SNI 03-1729-2002 yang menggunakan metode LRFD.
Peraturan tersebut mengadopsi peraturan dari Amerika diatas yaitu American Institute of Steel Construction - Load and Resistance Factor Design (AISC - LFRD). Peraturan perencanaan struktur baja terbaru di Indonesia tersebut menggantikan peraturan lama yang menggunakan desain tegangan ijin (Allowable Stress Design disingkat ASD)

Baja ringan dengan kelebihan yang dimilikinya terhadap baja konvensional juga didalam perhitungan strukturnya harus mengacu pada metode desain LFRD, sehingga kuda-kuda baja ringan yang didisain menjamin keamanan strukturnya.

Meskipun LRFD telah menggantikan metode ASD, namun para desainer perlu juga memahami kedua metode tersebut sehingga mengetahui mengapa metode LRFD dituangkan dalam peraturan SNI.

Berikut adalah tabel perbedaan metode ASD dan LRFD (saya lupa tempat mengutip tabelnya ☺..)

Perbedann metode ASD dan LFRD

Nah sekarang sudah tambah tau kan mengapa SNI memakai metode pembebanan LFRD.
Buat calon pengguna jasa pemasangan baja ringan, ada baiknya menanyakan kepada aplikator, apakah menggunakan software dalam perencanaan rangka atap, dan menggunakan metode pembebanan apa softwarenya.

Kalo masih ada yang ditanyakan dan bisa saya jawab, silakan di comment ya

Salam Yukentruss

Harga dan Kualitas Anda yang Tentukan